Sunday, March 13, 2016

Kisah Petualangan Saya di ‘Dunia Pokemon’

Ilustrasi saya dan Sandslash, Pokemon favorit saya.
Pokemon merupakan salah satu serial video game kesukaan saya. Dan tanggal 27 Februari 2016 lalu, waralaba ciptaan Satoshi Tajiri ini merayakan hari jadinya yang ke-20 tahun. Merayakan dua dekade dari game RPG populer ini, saya jadi ingin menulis mengenai pengalaman atau mungkin tepatnya petualangan saya bersama Pokemon. Serial game ini bukan hanya favorit saya, tapi juga turut mewarnai hari-hari saya dalam hampir dua puluh tahun terakhir, sebagaimana umur serial ini. Tahun-tahun yang penuh dengan warna, yang menurut saya menarik untuk ditulis ceritanya ya walaupun sebelumnya saya juga sudah pernah menulis cerita saya mengenai Pokemon pada dua blog lain milik saya.

Tapi dalam sekadar catatan saya kali ini saya tidak mau berlebai ria. Saya hanya ingin mengulas kembali petualangan saya selama berada di ‘dunia Pokemon’ dengan singkat, sekadar nostalgia. Dan semua itu bermula jauh di masa kecil saya, saat saya masih duduk di bangku SD, tahun 1998. Di tahun itu saya pertama kali mengenal istilah Pokemon. Yaitu ketika saya membacanya di tabloid Fantasy, tabloid anak-anak yang populer kala itu. Saat itu untuk pertama kalinya saya mengenal Pokemon sebagai sebuah judul kartun, dan mengenal Pikachu sebagai sebuah maskot. Sayangnya artikel di tabloid Fantasy tersebut tidaklah lengkap bahkan terkesan asal-asalan. Saya ingat dalam artikel tersebut Pikachu disamakan dengan Doraemon.


Season pertama animasi Pokemon.(sumber gambar: cosmicanvilrecommends.files.wordpress.com)
Di tahun 1999, saya akhirnya mengetahui apa itu Pokemon. Sepupu saya yang bernama Yasuko memiliki VCD original anime atau kartun Pokemon yang terdiri dari tiga episode pertama season perdana Pokemon. Saat itu saya mengetahui bahwa Pokemon adalah sebuah serial animasi yang berkisah tentang petualangan Ash Ketchum dalam mengumpulkan monster-monster aneh yang lucu. Saat itu saya benar-benar terpesona dengan suara Pikachu yang begitu lucu. Di tahun yang sama pula saya menyaksikan movie pertama Pokemon, Mewtwo’s Strike Back lewat VCD original dari kekasih kakak saya yang akhirnya menjadi kakak ipar.

Tapi saya baru benar-benar mengetahui bahwa Pokemon sebenarnya adalah sebuah video game di tahun 2000, saat saya membaca majalah Diva edisi Pokemon milik Yasuko. Dalam majalah tersebut diulas mengenai game terbaru Pokemon yaitu Pokemon Gold dan Pokemon Silver untuk konsol Game Boy Color (GBC), yang merupakan generasi kedua dari semesta Pokemon. Ulasan Pokemon dalam majalah itu terbilang lengkap, karena menampilkan 100 monster baru dalam dua game Pokemon tersebut. Sejak saat itu saya jatuh cinta pada Pokemon walaupun kala itu saya belum pernah memainkan satu pun gamenya karena tidak memiliki konsol GBC.

Pokemon Gold Version.(sumber gambar: Official Art)

Kesukaan saya pada Pokemon semakin bertambah ketika di tahun 2001 saat saya duduk di bangku SMP, salah satu stasiun televisi swasta nasional Indonesia menayangkan serial animasi Pokemon. Saat itu ditayangkan setiap Sabtu dan Minggu malam selama setengah jam. Karenanya akhir pekan selalu menjadi saat yang saya nanti-nantikan untuk bisa menyaksikan serial animasi Pokemon. Saya pun mulai memahami seperti apa dunia Pokemon dan ketika saya sadari saya sudah hapal ke-251 nama Pokemon yang ada waktu itu.

Kesukaan saya pada Pokemon membuat saya mengumpulkan berbagai pernik terkait Pokemon, mulai dari buku-buku organizer bergambar Pokemon, sticker-sticker bergambar Pokemon, kartu-kartu Pokemon, komik-komik Pokemon, novel-novel Pokemon, dan juga yang saat itu sedang booming, mainan tazos bergambar Pokemon hadiah dari snack favorit anak-anak. Koleksi tazos saya terbilang banyak, mulai dari tazos spin, smash, segilima, maupun yang 3D, yang kesemuanya saya kumpulkan dalam satu album khusus. Sayangnya koleksi-koleksi saya tersebut kini hilang entah kemana seiring berjalannya waktu.

Saat duduk di bangku SMA pada tahun 2004, saya tidak sengaja mendapatkan game Pokemon lewat CD game yang dibeli sepupu saya, Nobuo. Dalam CD game tersebut terdapat emulator GBC dan ROM game Pokemon Gold. Penasaran, saya pun memainkannya dan langsung tenggelam dalam kenikmatan berburu aneka monster unik, lucu, dan keren dalam permainan ini. Sandshrew dan evolusinya, Sandslash pun menjadi monster Pokemon favorit saya. Sayangnya ROM yang saya mainkan tersebut rupanya versi Jepang yang di-patch dengan bahasa Inggris namun belum sempurna dengan banyak teks yang hilang dalam penerjemahannya. Saya berhenti memainkan game ini ketika saya tidak tahu apa yang mesti saya lakukan untuk bisa melewati Ilex Forest.

Pokemon Rangers & the Temple of the Sea.(sumber gambar: YouTube)

Sempat melupakan Pokemon, di tahun 2007 di bangku kuliah, saya kembali berhubungan dengan serial ini setelah membeli DVD Pokemon Movie yang berjudul Pokemon Ranger & Temple of the Sea. Dari situ saya menyadari bahwa Pokemon telah memasuki generasi ketiga dan keempat. Dengan adanya emulator, saya pun mulai memainkan game-game Pokemon dengan Pokemon Emerald sebagai game pertama yang saya mainkan. Game ini membuat saya menghabiskan banyak waktu tenggelam memainkannya dari satu komputer ke komputer lainnya, mengingat saat itu saya belum memiliki laptop sendiri.

Tapi game Pokemon pertama yang saya mainkan hingga tamat adalah Pokemon Blue, yang saya mainkan saat saya bosan karena sakit untuk waktu yang lama. Awalnya saya iseng saja memainkan game pertama Pokemon ini, mengingat game ini sudah ada versi remake-nya dengan kualitas grafis dan sound yang lebih baik dalam wujud Pokemon FireRed & LeafGreen. Namun meskipun grafisnya terbilang ketinggalan zaman, gameplay dari game buatan GameFreak ini begitu menyenangkan dan adiktif, membuat saya penasaran hingga akhirnya memainkannya hingga akhir. Dari sinilah saya mengenal lebih dekat mengenai gameplay, cerita, dan kronologi serial Pokemon. Saya pun memainkan ulang game Pokemon Gold dan kali ini menyelesaikannya, diikuti Pokemon Emerald yang saya tamatkan dengan susah payah.

Cover Pokemon Blue Version.(sumber gambar: screenrant.com)

Tahun 2008 merupakan tahun yang bersejarah dalam petualangan saya  di ‘dunia Pokemon’. Menyadari minimnya situs Pokemon berbahasa Indonesia, saya mendirikan komunitas penggemar Pokemon di internet yang kemudian terkenal dengan sebutan POIN. Berkat konten-kontennya yang variatif dan inovatif, komunitas ini menjadi terkenal dan banyak penggemar Pokemon yang masuk menjadi anggota-anggotanya. Melalui komunitas ini saya bekenalan dengan banyak penggemar Pokemon dari berbagai daerah di Indonesia dengan latar belakang dan kepribadian yang berbeda-beda satu sama lain. Saya mendapatkan banyak sahabat dan untuk pertama kalinya saya merasa tidak sendiri di ‘dunia Pokemon’. 

Berbagai hal terjadi dalam komunitas POIN, di antaranya persahabatan, cinta, dan perselisihan berikut drama-drama yang meliputinya. Saya sebagai pendiri dan pemimpinnya pun menjadi banyak dikenal di kalangan penggemar Pokemon dengan sebutan ‘Kak L’. Komunitas bentukan saya ini menjadi pelopor kemunculan situs-situs Pokemon berbahasa Indonesia lainnya. Komunitas ini pula yang membawa saya membuat fanfiction Pokemon saya yang saya beri judul ‘Servada Chronicles’, yang di luar dugaan disukai banyak penggemar Pokemon dan punya basis penggemarnya sendiri. Di masa ini, saya begitu terobsesi dengan Pokemon dengan keinginan untuk terus-menerus menghasilkan berbagai karya dan tulisan yang berkaitan dengan Pokemon.

Saya (tengah) bersama anggota Komunitas POIN dalam sebuah pertemuan.




     (foto: Efriyanti Primadani)
Sayangnya, komunitas POIN tidak berumur panjang. Komunitas ini lenyap di awal 2013, saat situs yang menjadi rumahnya memutuskan berhenti beroperasi sebagai platform social media. Di akhir hayatnya, komunitas ini mencatatkan jumlah anggota sebanyak tujuh ribu lebih, sebuah pencapaian yang terbilang fantastis dalam rentang usia yang singkat. Lenyapnya komunitas ini membuat saya kehilangan semangat terhadap Pokemon dan perlahan-lahan saya mulai melupakan Pokemon, tidak pernah memainkan gamenya lagi.  

Lenyapnya komunitas POIN memang menjadi pukulan telak bagi saya. Komunitas ini sudah seperti anak saya sendiri, yang saya besarkan dari bukan apa-apa menjadi komunitas Pokemon terbesar di Indonesia. Seperti yang saya sebutkan di atas, melalui komunitas ini saya merasakan banyak persahabatan dan banyak cinta di ‘dunia Pokemon’. Saya mengenal banyak pribadi yang hebat dari berbagai daerah di Indonesia, dan semuanya terasa begitu akrab. Pokemon telah mempertemukan saya dengan banyak sahabat yang tidak terbayangkan sebelumnya. Dan melalui komunitas ini pula saya merasakan menjadi orang terkenal, sampai-sampai saya diundang untuk wawancara dalam sebuah acara talkshow di salah satu radio siaran swasta di Bontang. Karenanya, kehilangan POIN membuat saya begitu sedih hingga emosi saya muncul tanpa terkendali, membuat saya kemudian dibenci.

Saya (kiri) dalam acara talkshow di salah satu radio swasta di Bontang, membicarakan Pokemon.   (foto: Andriani Majid)


Tapi dari situ saya lantas belajar untuk merelakan. Saya pada akhirnya bisa menerima kehilangan komunitas saya yang berharga tersebut, dan memutuskan untuk berhenti mengurus sebuah komunitas. Walaupun tak lama setelah hilangnya komunitas Pokemon tersebut, saya masih sempat menggelar turnamen pertarungan Pokemon kompetitif secara online yang saya beri nama Lukman Cup 2013. Turnamen ini sekaligus menjadi turnamen perpisahan saya dengan ‘dunia Pokemon’, dengan memberikan hadiah uang tunai kepada para pemenangnya. Setelah itu, kesibukan di dunia kerja dan juga keluarga membuat saya tidak pernah lagi memikirkan Pokemon.

Hasrat saya terhadap Pokemon perlahan memudar seiring berjalannya waktu, hingga mungkin bisa dibilang benar-benar melupakan Pokemon. Apalagi saya kini merintis sebuah situs baru yang saya peruntukkan untuk game-game triple A. Meskipun saya sudah tidak lagi aktif di ‘dunia Pokemon’, namun sesekali saya masih berkomunikasi dengan para POINers, sebutan untuk anggota komunitas POIN. Bahkan saya sempat mengadakan pertemuan dengan beberapa POINers di Jakarta. Memang walaupun komunitas ini sudah bubar, namun para anggotanya masih terus aktif berhubungan satu sama lain dan mengadakan pertemuan atau gathering.

Buket bunga berisi boneka Sandshrew, hadiah pernikahan saya dari seorang anggota POIN.
Bertemu dan berbincang dengan anggota-anggota komunitas ini membuat saya merasa kangen dan rindu akan suasana komunitas POIN di masa lalu. Namun saya sadari bahwa waktu saya sudah habis. Saya sudah terlalu tua untuk ini, saya pikir ini waktunya bagi para penggemar Pokemon yang masih muda untuk meramaikan dan berkontribusi di ‘dunia Pokemon’ khususnya di Indonesia. Dan memang saya lihat komunitas Pokemon di Indonesia masih terus ada meskipun POIN telah tiada. Bahkan komunitasnya terlihat semakin serius, dengan adanya komunitas Pokemon kompetitif yang berafiliasi dengan panitia turnamen Pokemon resmi. Melihat hal ini saya tersenyum. Memang mereka yang lebih layak memimpin komunitas Pokemon di Indonesia.

Saya sendiri sudah tidak berminat lagi dengan Pokemon. Ya mungkin karena faktor bosan setelah bertahun-tahun menggeluti dunia ini, atau mungkin juga karena faktor usia yang sudah tidak lagi muda, ditambah lagi saya sudah berkeluarga. Meski begitu apa yang telah saya alami di ‘dunia Pokemon’ merupakan sesuatu yang saya banggakan dan pantas untuk saya kenang. Apalagi dalam momen dua dekade Pokemon Februari lalu yang mengingatkan saya pada masa-masa indah tersebut. Memainkan Pokemon memang begitu menyenangkan, membuat saya merasa menjadi seorang petualang bersama Pokemon kesayangan saya, Sandslash.

Ilustrasi saya bersama party Pokemon saya.
Saya tidak tahu apakah di masa mendatang saya akan kembali berminat pada Pokemon dan memainkan gamenya, apalagi kabarnya bakal ada game Pokemon terbaru yaitu Pokemon Sun & Moon yang diumumkan pada hari jadi Pokemon tersebut. Selain itu juga akan ada game Pokemon untuk platform mobile yaitu Pokemon GO, yang jujur saja saya sudah sangat menantikan game ini. Konsep game ini menurut saya telah mewujudkan impian saya tentang dunia Pokemon, jadi saya berharap bisa memainkannya. Yang pasti, saya akan selalu mengenang Pokemon sebagai salah satu serial video game yang paling saya favoritkan. Terima kasih banyak Pokemon. Selamat ulang tahun ke-20 dan semoga semakin keren saja ke depannya. (gj)

No comments:

Post a Comment